MEMBANGUN TUBUH KRISTUS YANG SEJATI

MEMBANGUN TUBUH KRISTUS YANG SEJATI

Yohanes 2:13-22

Ketika hari raya Paskah sudah dekat, Yesus pergi ke Yerusalem. Tiga kali setahun setiap orang laki-laki Yahudi harus pergi ke Yerusalem, yaitu pada hari raya Roti Tidak Beragi (Paskah), hari raya Tujuh Minggu (Pentakosta), dan hari raya Pondok Daun.

Saat Yesus tiba di Bait Allah, di dalam Bait Allah didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.  Orang yang datang dari jauh ke Bait Allah tentu tidak dapat membawa binatang-binatang sebagai korban persembahan mereka, oleh sebab itu orang-orang Yahudi memanfaatkan kesempatan untuk menjual binatang-binatang persembahan tersebut.

Warren Wiersbe mengatakan perdagangan ini dibangun oleh imam, pemimpin agama yang menjadi pemimpin perdagangan atas nama agama, dengan alasan untuk menolong orang, yang sebenarnya adalah memanfaatkan jemaat untuk mendapatkan keuntungan. Hal inilah yang membuat Tuhan Yesus marah, Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua, membersihkan Bait Allah dari segala praktik perdagangan yang merusak kekudusan Bait Allah. Ketika Tuhan Yesus membersihkan Bait Allah, Dia menyatakan “perang” terhadap kemunafikan para pemimpin agama. (Wiersbe, Warren W. The Bible Exposition Commentary)

Dari kemarahan yang ditunjukkan Yesus tersebut, kita paham bahwa ada yang salah dengan cara orang-orang itu memperlakukan Bait Allah. Tentu saja yang dimaksudkan Bait Allah di sini adalah bukan sekedar gedungnya tetapi Gereja sebagai tubuh Kristus, persekutuan orang percaya yang telah dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.

Lalu bagaimana tubuh Kristus yang sejati itu seharusnya dibangun?

Pertama, dalam ayat 17 para murid teringat bahwa ada tertulis, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Artinya, karena cinta pada gereja-Nya, Tuhan Yesus menjadi manusia, menderita dan mati di kayu salib. Jadi dalam membangun tubuh Kristus harus ada kerelaan berkorban dan bukan mencari  keuntungan.

Kedua, Kemudian orang-orang Yahudi yang tidak senang dengan tindakan Yesus yang mengusir mereka bereaksi menantang Yesus katanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Tanda yang diberikan Yesus tidak lain adalah tentang Bait Allah yang diidentikkan dengan tubuh-Nya sendiri. Jadi,  Yesus berhak melakukan apa yang perlu untuk memelihara kekudusan dan sekaligus membersihkan semua unsur yang dapat menajiskan tubuh Kristus.

Pertanyaan untuk kita renungkan adalah: Apakah Gereja juga adalah Bait Allah yang kudus? Apakah rutinitas Gereja berpusat pada penyembahan yang benar? Apakah para pemimpin jemaat membangun kerohanian jemaat atau membangun kepentingan sendiri? Apakah para pemimpin telah kehilangan kepekaan spiritual dan membiarkan terjadinya penyimpangan yang berlarut-larut?

Tuhan Yesus ingin agar Gereja mengalami reformasi, menjadi tubuh Kristus yang sejati, kembali lagi kepada kebenaran dan kekudusan. Sebab karena cinta akan Rumah Tuhan, menghantarkan Yesus mati disalibkan, namun pada hari yang ketiga Yesus bangkit, menyatakan otoritas dan kuasa-Nya. Dialah Tuhan dan kepala Gereja. Hanya kepada-Nyalah kita berbakti dan melayani.

Dibuat oleh: Pdt. Martin Elvis

Article by Admin